Rabu, 05 November 2014

Berita 2



Materi Puas, Teras Berita Tuntas
Oleh : Febi Vitria Handayani
BANDUNG—Mahasiswa Jurnalistik 3 B kembali mendapatkan pelajaran paling berharga dalam dunia kejurnalistikan, yaitu tentang “Teras Berita” dari dosen Jurnalistik Drs. Enjang Muhaemin, M.Ag, di Gedung Z8, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jum’at [23/10/2014] . Mengingat akan pentingnya materi tersebut bagi seorang jurnalis, membuat mahasiswa sangat antusisas dalam mengikuti perkuliahan.
Untuk menulis sebuah berita yang bagus, tentu terlebih dahulu jurnalis harus pandai membuat sebuah teras berita. Jika sudah benar dalam penulisan teras berita, maka berita selengkapnya akan mudah di tulis. Itulah yang dikemukakan Enjang Muhaemin, Dosen Mata Kuliah Penulisan Berita.
Selain itu, Enjang juga memberikan saran untuk mahasiswa, “Diusahakan 5 menit setelah wawancara buat judul dan teras berita, praktekan teras berita secara berulang-ulang.” Ungkapnya (23/10).
Di dalam perkuliahannya, Enjang begitu sapaannya juga menjelaskan secara terperinci jenis-jenis teras berita dan memberikan contoh dari setiap jenis teras berita tersebut. Dengan begitu, mahasiswa mengaku puas dengan materi yang disampaikannya.
Pengakuan itu seperti yang diutarakan Giovani Dewia, salah satu mahasiswa Jurnalistik 3 B yang mengikuti perkuliahan ketika itu. Menurutnya, “belajar  Teras Berita, Jum’at lalu itu sangat asyik asalnya tunduh jadi melek, soalnya gak cuman materi yang saya dapat, tapi juga langsung sama contohnya dan itu membuat saya terus berlatih membuat teras berita di kosan. Pokoknya puas banget deh .”
Giovani yang ditemui , Senin (26/10), juga berpendapat tentang pentingnya belajar teras berita bagi seorang Jurnalis. “ Jurnalis tanpa bisa membuat berita itu bagaikan sayur tanpa garam, sebuah berita tanpa adanya teras berita yang bagus dan memikat pembaca itu bagaikan sayur kurang garam, jadi teras berita sangat penting bagi seorang jurnalis”. Ungkap mahasiswa yang mempunyai suara unik tersebut.
Pengakuan itu diperkuat oleh Itha Purnama, salah satu mahasiswa Jurnalistik 3B yang juga mengikuti perkuliahan ketika itu. Menurutnya, “ seorang calon jurnalis yang baik itu harus bisa membuat berita yang baik dan benar, untuk membuat berita yang baik dan benar itu harus lebih dulu membuat teras berita yang baik dan benar juga. Jadi materi teras berita ini sangat penting bagi calon Jurnalis.”

Berita 1


Kuliah Jurnalistik, Walau Santai Tetap Serius
Oleh : Febi Vitria Handayani
BANDUNG -- Mahasiswa Jurnalistik 3 B mendapatkan pelajaran berharga tentang penulisan berita dari dosen Jurnalistik Drs. Enjang Muhaemin, M.Ag, di Gedung Z8, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jum’at (12/9/2014]. Suasana kelas terasa hangat, karena pembawaan dosennya yang kendati serius, tapi juga santai, dan humoris.
Selain mampu menggali bahan berita, wartawan juga dituntut  mampu menulis berita dengan baik dan benar. Itulah yang dikemukakan Enjang Muhaemin, Dosen Mata Kuliah Penulisan Berita.
Di dalam perkuliahannya, Enjang begitu sapaannya, menjelaskan materi yang terkait dengan media, penulisan berita, ragam isi media, dan iklan. Tak hanya itu, ia juga memaparkan tentang definisi, jenis dan nilai berita. Dengan gaya belajar yang santai dan humoris namun serius itu membuat mahasiswa antusias mengikuti perkuliahan.
Di sela-sela pembelajaran, salah satu mahasiswa, Febi Vitria bertanya mengenai apakah wartawan infotainment dapat disebut sebagai seorang jurnalis? Enjang menjawab, “Hal itu masih teka-teki dan masih menjadi perdebatan.”
Dengan segala pengalaman dan pengetahuannya dalam dunia jurnalistik, Enjang juga mengungkapkan pengalaman dan pengetahuannya kepada mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa mengaku puas dengan materi yang disampaikannya.
Pengakuan itu seperti yang diutarakan Intan Resika, salah satu mahasiswa Jurnalistik 3 B yang mengikuti perkuliahan ketika itu. Menurutnya, belajar  Penulisan Berita, Jum’at lalu itu, pertama asyik, terus kedua penyampaiannya juga menarik. “Sebenarnya, yang menarik itu bukan materinya, tapi yang menyampaikannya.”
Intan yang ditemui, Kamis (18/09) mengaku, “Pertama kali melihat penampilannya, Pak Enjang itu sepertinya menyeramkan, tapi ternyata ketika beliau menyampaikan materi, banyak hal yang membuat kita tertawa. Contohnya kumisnya yang lucu.”
Kemudian, ketika disinggung tentang Mata Kuliah Penulisan Berita, Intan menjawab, “Tentunya penting banget atuh.Contohnya ketika kita akan menyampaikan informasi kepada publik, tentu terlebih dahulu kita harus menulis berita dengan baik dan benar. Bisa apa seorang jurnalis tanpa bisa menulis berita, oh no!

Kamis, 23 Oktober 2014

Curahan Hati



Wanita setengah baya.

Seketika setelah 5 menit berjalan, langkahku terhenti melihat wanita setengah baya berdiri didepan sebuah mobil melambay-lambaykan tangannya kearahku. Air mataku jatuh, kakiku masih kaku untuk melangkah. Raut wajah wanita setengah baya itu memancarkan cahaya keibuan, senyumnya menenangkan hati.
Ya Allah.. itu wanita yang melahirkan aku, wanita yang selalu kudengar suaranya melalui telephon, wanita yang selalu melantunkan ayat suci Al-qur'an ketika aku terbaring lemah dirumah sakit. Tetes air mataku mulai berlinang, yang awalnya satu, dua, tiga tetes kini membasahi pipiku. Sementara kakiku masih kaku untuk melangkah, mulutku terdiam belum bisa berkata apasaja, tanganku masih sibuk mengusap air mata yang terus berjatuhan.

aku tidak menyangka raut wajahnya lebih tua dari usianya, dahinya mulai mengerut seperti banyak menyimpan pikiran. dalam pikiranku, dia pasti menyimpan banyak pikiran dalam memorinya. Memikirkan anaknya yang banyak minta dan nuntut sepertiku. 

Lambayan tangannya terhenti, dia mulai memperhatikanku, perlahan dia berjalan menghampiriku. Segera aku mengusap semua airmata yang masih tersisa di pipiku. Aku berjalan menghampirinya dengan senyuman. Ketika sudah didepannya, segera aku memeluknya, menjabat tangannya lalu mencium tangannya, balasannya dia mencium keningku. Aku berkata : teteh sayang mama :*, dia tersenyum menganggukan kepalanya.

Curahan Hati



Letak Keadilan Tuhan

Kadang aku selalu bertanya dalam hati, dimana letak keadilan Mu Tuhan ? maafkan aku Tuhan, aku telah meragukan letak keadilanmu. Padahal, aku tahu betapa maha adilnya Engkau, hanya saja aku yang terlalu bebal tidak sadar akan letak keadilan itu. Maafkan aku Tuhan,  seringkali aku marah terhadap apa yang telah Engkau kehendaki. Aku marah atas semua yang terjadi padaku. Selalu aku menyalahkan kehendakMu. Kenapa seperti ini ? kenapa ini terjadi padaku?  Kenapa tidak seperti mereka yang hidupnya serba mewah. Kenapa tidak seperti mereka yang memiliki semua yang mereka inginkan. Kenapa aku tidak lebih segalanya dari mereka. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan bodoh yang keluar dari benak pikiranku. Betapa bodohnya aku. Kenapa aku tidak bersyukur atas semua pemberian dariMu, fisik yang sempurna. Memiliki kedua tangan yang siap menggapai apasaja, kedua telinga yang mampu mendengar kapan saja, kaki yang siap berjalan kemana saja,  lalu kedua mata yang mampu melihat apa saja yang ada didepan mata, yang mampu melihat indahnya dunia, lalu hati, otak, rambut dan masih banyak lagi tak kuasa aku menuliskan satu persatu pemberian dariMu. Padahal banyak diluar sana yang tidak memiliki apa yang aku memiliki. Anehnya, mereka tidak pernah mengeluh mereka tetap bersyukur. Betapa bodohnya aku yang masih bertanya letak keadilanMu.
Kurang sempurna apa aku . Mempunyai kedua orangtua lengkap yang menyangiku dari dulu, sekarang dan selamanya yang selalu memberikan nasihat-nasihat untukku, mempunyai kedua adik yang lucu yang selalu menghiburku dan senantiasa memberikan semangat ketika aku terjatuh, mempunyai keluarga yang siap membantu ketika aku kesusahan, mempunyai teman hati yang sabar, selalu membimbingku dan selalu menghapus airmataku. Tuhan.. itu semua aku miliki tidak seperti mereka diluar sana yang hidup sebatang kara tanpa mama, tanpa ayah, tanpa adik juga keluarga. aku mempunyai rumah, aku tinggal dikosan, aku sekolah, aku kuliah, aku bisa makan setiap harinya, aku bisa jajan bakso dan apapun yang aku inginkan. Beda seperti mereka diluar sana yang harus kerja banting tulang hanya untuk sesuap nasi, kepanasan, kehujanan karena tidak mempunyai rumah, adik-adikku diluar sana yang harus mencari recehan dijalanan, mereka tidak sekolah sepertiku, tidak bisa jajan bakso dan yang lainnya. Tuhan.. Betapa bodohnya aku yang masih bertanya letak keadilanMu.
Tuhan.. ini ciptaanmu yang masih bebal tak tahu rasa syukur, tak tahu tentang keadilan. Maafkan aku Tuhan, aku mengerti semuanya sekarang, keadilanMu, rasa syukur dan semuanya. Terimakasih ya Allah…
Kini yang tak adil menurutku, kenapa aku tidak bisa seperti mereka yang shalehah yang paham betul letak keadilanMu dan mereka yang pandai bersyukur atas semua nikmatMu.  Semoga aku dipertemukan dengan mereka di SyurgaMu kelak . Amin ya Allah ya Rabbal Aalamin.

JURNALIS ? SIAPA TAKUT !!



JURNALIS ? SIAPA TAKUT !
 Oleh : Febi Vitria

Setiap orang mempunyai cita-cita dan impian yang harus ia capai dikemudian hari. Jika bersungguh-sungguh apapun akan ia lakukan demi menggapai impian dan cita-citanya, tak terkecuali dengan aku. Dari kecil aku sudah di didik untuk menjadi seseorang yang mempunyai satu cita-cita dengan banyak impian. Ayah selalu mengajarkanku tentang banyak hal, termasuk tentang cita-cita dan impian. Ayah selalu bilang aku harus mempunyai banyak impian dan fokus pada satu cita-cita.
Aku bercita-cita untuk menjadi seorang jurnalis, itu juga impianku aku bermimpi untuk menjadi seorang jurnalis. Berkeliling dunia mengungkapkan fakta-fakta yang tersembunyi, menapaki jalan terjal, bukit, gunung, sungai dan apapun yang menghalangiku untuk mencari sebuah informasi, mengubah pola prilaku dan pikiran masyarakat, membawa rancel yang berat berisi kamera dan tripod lalu menyampaikan informasi tersebut kepada khalayak luas.
Pekerjaan yang sulit memang, membutuhkan fisik yang kuat, membutuhkan tenaga yang ekstra, membutuhkan kemampuan intelektual, membutuhkan mental yang kuat. Tapi, yaa.. itulah jurnalistik sebuah pekerjaan yang memang membutuhkan kesiapan. Siap untuk menang namun juga harus siap untuk kalah. Pekerjaan yang tak banyak orang cita-citakan, namun semua orang akan merasakan dampak dari kerja keras seorang jurnalis.
Semua pekerjaan pasti menanggung resiko apalagi untuk menjadi seorang jurnalis. Yang tadi saya bilang, harus siap kalah namun harus juga harus siap menang. Menjadi seorang jurnalis itu, menanggung banyak resiko men. Ketika mencari sebuah fakta kita dihadapkan dengan tantangan yang siap menghadang perjalanan kita, nyawapun menjadi taruhannya, jika takut akan hal itu yaa Itulah kekalahan. Namun, ketika kita mengungkapkan sebuah fakta yang ada di negara ini dan semua orang tidak berani untuk mengungkapnya lalu kita berhasil mengungkap fakta tersebut, kemudian di sebarluaskan kepada masyarakat hingga dapat mengubah pola pikir masyarakat, yang awalnya negatif menjadi positif ataupun sebaliknya, yang awalnya masyarakat tidak tahu menjadi berwawasan luas. Maka, disitulah awal kesuksesan dan kemenangan seorang jurnalis. Itu merupakan modal awal untuk mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi selanjutnya.
Jurnalis itu berperan penting untuk kemajuan sebuah negara, dan merupakan kedudukan tertinggi ke 4 setelah eksekutif, yudikatif, legislatif lalu media massa. Siapakah yang mengisi media massa, yaa… itu tadi Jurnalis orangnya. So, siapa takut menjadi seorang jurnalis ? orang yang tak bernyali lah yang mengatakan bahwa jurnalis itu hanya bisa membohongi publik, jurnalis itu mengungkapkan kebohongan bukan fakta, jurnalis itu kerjanya hanya bisa mengungkap aib orang lain. men sadar.. jika yang diungkap itu sebuah fakta meskipun itu aib kenapa tidak diberitakan kepada masyarakat tentunya dengan kata-kata yang akhirnya akan mengubah pola pikir masyarakat dari negatif ke pola pikir positif. Coba bayangkan, jika jurnalis tidak ada di dunia ini, akan seperti apa dunia ini ? akan seperti zaman purba ? atau akan seperti ada di zaman peradaban ? tentunya manusia akan hidup dizaman abad 20 dan akan menjadi manusia primitive tanpa adanya kerja keras seorang jurnalis untuk mengungkapkan fakta dan menyampaikan informasi setiap harinya. Hidup itu maju men bukan mundur. Mau jadi apa dunia ini tanpa adanya kerja keras seorang jurnalis, akan sepi, akan hampa tidak akan ramai seperti sekarang ini. Jurnalis. Siapa takut…